Makalah

PERANAN TELEVISI SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN PAI

Makalah ini Dibuat untuk memenuhi Tugas

Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis ICT

Dosen Pengampu Dr. Muhammad, M.Pd.,M.S


Oleh :

ABDUL ROHMAN

NIM.

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM


BAB I.

PENDAHULUAN

.A. LATAR BELAKANG

Media pengajaran meskipun sebagai alat namun memiliki peran penting dalam pembelajaran. Keberadaannya sangat dibutuhkan. Penyampaian materi tanpa media akan sulit diterima oleh peserta didik. Media pengajaran memiliki berbagai jenis,yaitu audio, visual, dan audio visual. Media online dan televisi menjadi sumber informasi bagi generasi milenial. Mayoritas milenial membaca media online dan menonton TV setiap hari.

Media pembelajaran memiliki berbagai macam atau model agar materi yang disajikan tersampaikan. Salah satunya adalah media TV. Saat ini televisi mendapat cap negatif dari kalangan publik program-program yang dipilih penonton, namun hal ini bukan berarti pendidik melarang siswa untuk menonton TV. Perdidik perlu metode agar TV bisa sebagai media pembelajaran yang efektif.

Untuk lebih lengkapnya silahkan donwload dibawah ini

SIKAP TENGAH AHLUS SUNNAH DI ANTARA FIRQAH-FIRQAH

keistimewaan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berada di pertengahan di antara aqidah-aqidah golongan sesat yang menisbatkan diri kepada agama Islam. Kami sudah menyampaikan dua contoh, yaitu pertengahan dalam bab ibadah dan bab Nama dan Sifat Allâh Azza wa Jalla . Berikut ini adalah contoh-contoh lain yang akan menunjukkan keistimewaan tersebut. Semoga bermanfaat.

DALAM BAB QADHA ’ DAN QADAR

Dalam bab ini, Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah berada di pertengahan antara golongan Qadariyyah dengan Jabariyyah.

Golongan Qadariyyah menolak qadar (takdir), mereka berkata, “Semua perbuatan hamba, ketaatan dan kemaksiatan mereka, tidak di bawah qadha’ dan qadar Allâh Azza wa Jalla .” Menurut mereka, Allâh l tidak menciptakan perbuatan hamba dan tidak menghendakinya. Artinya, seorang hamba itu bebas dan berdiri sendiri dengan perbuatannya. Menurut mereka, hambalah yang menciptakan perbuatannya sendiri, dia yang menghendakinya, dan kehendaknya bebas, tidak terikat dengan kehendak Allah.

Dengan keyakinan ini, mereka telah menetapkan ada pencipta lain selain Allâh Azza wa Jalla . Ini adalah sebentuk kemusyrikan dalam rubûbiyah (kekuasaan) Allâh Azza wa Jalla . Mereka menyerupai orang Majusi yang mengatakan bahwa alam ini memiliki dua pencipta. Sehingga mereka ini digelari ‘Majusinya umat Islam’.

Sedangkan golongan Jabariyyah, mereka bersikap ghuluw dalam menetapkan qadar. Mereka berkata, “Para hamba itu dipaksa melakukan perbuatannya, seperti bulu yang diterbangkan angin di udara. Para hamba tidak memiliki perbuatan, tidak memiliki kemampuan, dan tidak memiliki kehendak”.

Kemudian Allâh Azza wa Jalla memberikan petunjuk, yang berupa perkataan yang benar dan pertengahan, kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mereka menetapkan bahwa hamba adalah pelaku yang sebenarnya. Perbuatan mereka dinisbatkan kepada mereka berdasarkan kenyataan, dan perbuatan seorang hamba terjadi dengan sebab takdir, kehendak, dan ciptaan Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla adalah Pencipta hamba dan Pencipta perbuatannya, sebagaimana firman-Nya:

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

Padahal Allâh-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. [Ash-Shâffât/37: 96]

Seorang hamba memiliki kehendak, namun kehendak itu mengikuti kehendak Allâh Azza wa Jalla , Sebagaimana firman-Nya:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allâh, Rabb semesta alam. [At-Takwîr/81: 29]

Untuk lebih lengkapnya silahkan donwload dibawah ini


klik ok


BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan bagi umat manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dituntut sepanjang hayat, tanpa pendidikan mustahil bagi manusia untuk dapat hidup maju, berkembang, sejahtera dan sesuai dengan Perkembangan zaman.

Dalam UU No. 2 tahun 1989. pada pasal 2 bahwa “ pendidikan Nasional adalah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, cerdas dan terampil, sehat jasmani dan rohani, memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.[1]

Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik sesuai dengan perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan.[2]

Islam memandang pendidikan mempunyai derajat yang tinggi dari pada orang yang tidak berilmu,

Sebagaimana Firman Allah di dalam QS Al-Mujadalah ayat 11 berbunyi :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَات

Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.[3]

Di dalam keluarga, “Guru berperan sebagai family educator, sedangkan di tengah-tengah masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat, pendorong masyarakat, penemu masyarakat dan agen masyarakat”.[4]


[1] Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Keperibadian Muslim, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006 ), 7.

[2] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ), .

[3] Departmen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahan, Jakarta : Raja Grafindo Persada Q.S Al-Mujadalah (58) : 11.

[4] Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2005 ), 165-166.