filsafat gue

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kaitannya pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kita perlu mempelajari tentang Pendidikan Islam melalui pemahaman mengenai dasar-dasar pendidikan Islam. Untuk itu, kami mencoba memberikan sedikit pemaparan mengenai dasar-dasar pendidikan Islam.

A. Hakikat Pendidikan Islam

Hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.

B. Pendidikan masa kini

Dahulu kala, fungsi utama pendidikan adalah pemindahan nilai-nilai dari generasi tua ke generasi muda agar identitas suatu masyarakat terpelihara adanya. Nilai-nilai seperti keberanian, kejujuran, kesetiakawanan, dan lain-lainperlu tetap dipelihara demi keutuhan dan kelanjutan hidup masyarakat. Sebab masyarakat yang tidak punya nilai-nilai akan hancur sendiri.

Kalau inilah salah satu fungsi pendidikan zaman dahulu, yaitu pemindahan nilai-nilai, tidakkah pendidikan zaman sekarang berfungsi demikian juga. Masyarakat modern pun memerlukan kejujuran demi kelajutan hidupnya.[1]

Fungsi kedua pendidikan adalah pemindahan ilmu dan ketrampilan-ketrampilan dari generasi ke generasi. Ilmu adalah prinsip-prinsip yang digunakan untuk memahami manusia sendiri. Ada beberapa jalan yang dilalui ilmu itu. Pertama melalui indera. Kedua adalah akal. Seterusnya adalah intuisi, kemudian ilham, yang tertinggi adalah wahyu yang terdapat pada nabi-nabi dan rosul-rosul.

Yang penting adalah adanya prinsip-prinsip itu. Prinsip-prinsip inilah yang dipindahkan dari generasi ke generasi, tidak perlu produk ilmunya. Berkaitan dengan ilmu, adalah keterampilan. Keterampilan adalah kemampuan membuat sesuatu walaupun tidak memahami prinsip sesuatu berlaku demikian.

Pendeknya masyarakat zaman dulu melatih generasi mudanya memegang peranan-peranan yang akan ditinggalkan oleh generasi tua setelah mereka tua atau meninggal dengan berlatih sambil mengerjakan. Sedang zaman modern melatih generasi mudanya untuk mengambil alih peranan-peranan itu didalam lembaga-lembaga pendidikan. Peranan-peranan seperti petani, nelayan, juru bina, tukang kayu, tukang besi, tukang emas, guru-guru, polisi, dan lain-lain adalah kekal dari abad ke abad. Hanya metode dan teknik melatihnya yang berbeda dari zaman ke zaman.

Kembali ke permasalahan awal, adakah perbedaan antara pendidikan zaman dulu dan pendidikan masa kini? Jawabnya: prinsipnya tidak berbeda, yang berbeda adalah tekniknya. Sengaja kita hanya sebutkan beberapa aspek pendidikan, yaitu fungsi-fungsi sosialnya, sebab itulah yang relevan dengan prose belajar dan penghayatan.[2]


Dasar pendidikan ialah pandangan yang mendasari seluruh aktifitas pendidikan baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Karena pendidikan merupakan bagian sangat penting dari kehidupan dan, secara kodrati, manusia adalah makhluk pedagogik, maka dasar pendidikan yang dimaksud tidak lain ialah nilai-nilai tertinggi yang dijadikan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa dimana pendidikan itu berlaku. Karena yang kita bicarakan adalah pendidikan Islam maka pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan ini ialah pandangan hidup Islami atau pandangan hidup Muslim yang pada hakikatnya merupakan nila-nilai luhur yang bersifat transenden, universal, dan eternal (abadi)

Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan” (opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan dasar manusia. Bila ingin diarahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam, maka harus berproses melalui sistem pendidikan Islam, baikl melalui kelembagaan maupun melalui sistem kurikuler.[1]

Khusus pada masyarakat Islam yang berkembang sejak zaman Nabi Muhammad melaksanakan visi misi sucinya yakni mensi’arkan agamanya, pendidikan juga kunci kemajuan. Sumber-sumber pokok ajaran Islam yang berupa Al Quran dan As Sunnah banyak mendorong pemeluknya untuk menciptakan pola kemajuan hidup yang dapat menyejahterakan pribadi dalam masyarakat, sehingga dengan kesejahteraan yang berhasil diciptakannya, manusia secara individual dan sosial, mampu meningkatkan derajat dan martabatnya, baik bagi kehidupannya di dunia maupun di akhirat nanti. Derajat dan martabatnya sebagai “kholifah” di muka bumi dapat diraih berkat usaha pendidikan yang bercorak Islam itu.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DASAR PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan –kata ini juga dilekatkan kepada Islam—telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan, yang banyak dipengaruhi pandangan dunia (weltanschauung) masing-masing. Namun pada dasarnya, semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam semacam kesimpulan awal, pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.

Pendidikan lebih daripada sekedar pengajaran; yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan “para ahli atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit, karena itu, perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis.[2]

Secara lebih rinci, Yusuf Al-Qardhawi memberikan pengertian, “Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya” (Al Qardhawi: 157).

Secara teoritis pendidikan Islam sebagai ilmu atau disiplin ilmu adalah merupakan konsepsi pendidikan yang mengandung berbagai teori yang mengandung berbagai teori yang dikembangkan dari hipotesa-hipotesa atau wawasan yang bersumber dari kitab suci Al Quran atau As Sunnah, baik dilihat dari segi sistem, proses dan produk (hasil) yang diharapkan maupun dari segi tugas pokoknya untuk membudayakan umat manusia agar bahagia dan hidup sejahtera dalam hidupnya.[3]

Esensi daripada potensi dinamis dalam setiap diri manusia ini terletak pada keimanan/keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak (moralitas) dan pengamalannya.[4] Dan keempat potensi esensial ini menjadi tujuan fungsional pendidikan Islam.

Oleh karenanya, maka dalam strategi pendidikan Islam, keempat potensi dinamis yang esensial tersebut menjadi titik pusat dari lingkaran proses kependidikan Islam sampai kepada tercapainya tujuan akhir pendidikan, yaitu manusia dewasa yang mukmin/muslim, muhsin dan muchlisin muttaqin.[5]

B. DASAR PENDIDIKAN ISLAM

Dasar-dasar pendidikan Islam secara prinsipiil diletakkan pada ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-dasar dan pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama adalah Al Quran dan As Sunnah. Al Quran misalnya, memberikan prinsip sangat penting bagi pendidikan, yaitu penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, serta memlihara kebutuhan sosial.[6]

Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Al Quran dan As Sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia. Dengan dasar ini,pendidikan Islam dapat diletakkan didalam kerangka sosiologis, selain menjadi sarana transmisi pewarisan kekayaan sosial budaya yang positif bagi kehidupan manusia.

Kemudian warisan pemikiran Islam juga merupakan dasar penting dalam pendidikan Islam. Dalam hal ini, hasil pemikiran para ulama, filsuf, cendekiawan muslim, khususnya dalam pendidikan, menjadi rujukan penting pengembangan pendidikan Islam. Pemikiran mereka pada dasarnya merupakan refleksi terhadap ajaran pokok Islam. Terlepas dari hasil refleksi itu apakah berupa idealisasi atau kontekstualisasi ajaran Islam, jelas warisan pemikiran Islam mencerminkan dinamika Islam dalam menghadapi kenyataan kehidupan yang terus berubah dan berkembang. Karena itu, terlepas pula dari keragaman warisan pemikiran Islam tersebut, ia dapat diperlakukan secara positif dan kreatif untuk pengembangan pendidikan Islam.

Dari dasar diatas pendidikan Islam itulah kemudian dikembangkan sistem pendidikan Islam yang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan sistem pendidikan lainnya. Secara singkat karakteristik pendidikan Islam adalah:

Pertama, pendidikan Islam adalah penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan, dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah SWT. Setiap penganut Islam diwajibkan mencari ilmu pengetahuan untuk dipahami secara mendalam, yang dalam taraf selanjutnya dikembangkan dalam kerangka ibadah guna kemaslahatan umat manusia. Pencarian, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan merupakan proses berkesinambungan, dan berlangsung seumur hidup. Nabi Muhammad Saw sudah berpesan kepada kita semua.

اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ

Artinya : “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”[7]

Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah life long education dalam sistem pendidikan modern.[8]

Sebagai ibadah, dalam pencarian, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam sangat menekankan pada nilai-nilai akhlaq. didalam konteks ini,, kejujuran, sikap tawadhu'’dan menghormati sumber pengetahuan merupakan prinsip pentingyang perlu dipegangi setiap pencari ilmu.

Karakteristik berikutnya adalah pengakuan terhadap potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang. Setiap pencari ilmu dipandang sebagai makhluk Tuhan yang perlu dihormati dan disantuni agar potensi-potensi yang dimilikinya dapat teraktualisasi sebaik-baiknya.

Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada Tuhandan masyarakat manusia merupakan karakteristik pendidikan Islam berikutnya. Disini pendidikan bukan hanya untuk diketahui dan dikembangkan, melainkan sekaligus dipraktikan dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, terdapat konsistensi antara apa-apa yang diketahui dengan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam Islam, mengetahui suatu ilmu pengetahuan sama pentingnya dengan pengamalannya secara konkret sehingga dapat terwujud kemaslahatan bagi umat.[9]

C. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PARA AHLI

Tujuan ialah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu tujuan ilmu pendidikan Islam yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.

Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi menjelaskan, bahwa pendidikan agama Islam disekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[[10]

Menurut Drs. Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Drs. H. M Sudiyono mengemukakan ada dua macam tujuan yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir.

  • Tujuan Sementara, yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan sementara di sini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, keterampilan, kedewasaan jasmani-rohani, dan sebagainya.
  • Tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu terwujudnya kepribadian muslim. Sedangkan kepribadian muslim di sini ialah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam.[11]

Muhammad ‘Athijah Al-Abrasy mengatakan, tujuan pendidikan adalah penanaman budi pekerti dan akhlak yang sempurna. Pendidikan dan pengajaran bukanlah hanya memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi menanamkan rasa Fadhilah (keutamaan), membiasakan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya Ikhlas dan Jujur.[12]

Jadi jika melihat pendapat menurut para ahli maka bisa kami ambil pendapat bahwa tujuan pendidikan islam intinya ialah membentuk pribadi individu yang bertakwa, berjiwa besar, berjiwa social tinggi, serta berusaha untuk menjadi insan yang bermanfaat untuk insan lainnya.

D. KAPITALISASI PENDIDIKAN

Secara bahasa kata kapitalisasi berasal dari bahasa Inggris capital yang berarti modal. Kemudian menjadi serapan bahasa indonesia yaitu kapital. kata kapital mendapat akhiran -isasi dengan makna upaya atau usaha atau proses[13]. Dengan kata lain, kapitalisasi berarti proses atau upaya atau usaha mengkapitalkan. Sedangkan arti pendidikan, menurut kamus besar Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Dengan demikian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Sedangkan Horne mengatakan, adalah proses yang terus menerus dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

E. KAPITALISASI PENDIDIKAN ISLAM DAN TUJUANNYA

Kapitalisasi pendidikan merupakan sistem yang sudah lama di proklamirkan oleh para kaum borjuasi. Kapitalisasi pendidikan merupakan bentuk liberalisasi pendidikan yang di kuasai oleh pihak swasta, berorientasi pada system pasar yang berpegang pada hukum permintaan dan penawaran (supply-demand). Artinya pemerintah akan memberikan peluang bagi para pemodal untuk menguasai institusi yang paling vital bagi masyarakat luas (pendidikan). Layaknya bermain di bursa efek Indonesia (BEI), pendidikan akan di jadikan sasaran yang sangat menggiurkan bagi para pemilik modal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kapitalisasi pendidikan adalah proses atau upaya untuk menjadikan prinsip-prinsip kapitalisme, digunakan di dalam sektor pendidikan, negara tidak membatasi kepemilikan perorangan di dalam sektor pendidikan, artinya satuan penyelenggara pendidikan atau lembaga sekolah dapat dikuasai oleh perorangan baik swasta ataupun korporasi, sehingga segala kebijakannya diatur oleh sektor swasta tersebut. Pengelola sektor pendidikan ini, mulai bersaing antara satu dengan lainnya. Bagi pihak pengelola pendidikan yang memenangkan persaingan akan mendapatkan pengguna jasa pendidikan lebih banyak.

Modal dari pihak pengelola sektor pendidikan pun akan masuk dan dapat diakumulasikan. Ketika mengikat maka akan terjadi monopoli, sehingga penentuan harga (biaya pendidikan) tanpa ada penawaran dan permintaan terlebih dahulu dengan para pengguna jasa pendidikan. Pengelola pendidikan pun menawarkan harga (biaya pendidikan) tanpa memikirkan kemampuan dari pihak pengguna jasa pendidikan.

Jelas hal ini akan merugikan bagi pihak pengguna jasa pendidikan, karena mereka tidak diberi kesempatan untuk menawar harga (biaya pendidikan). Akhirnya, akan muncul kesenjangan-kesenjangan bahwa orang yang kaya lah yang bisa mendapatkan pendidikan tersebut. Sedangkan bagi pihak pengguna jasa pendidikan yang kurang mampu, akan kesulitan dalam mendapatkan pendidikan tersebut.

F. TUJUAN POKOK PENDIDIKAN

Senada dengan pendapat ini, Hadji Khalifah menjelaskan bahwa tujuan dari belajar bukanlah mencari rizki di dunia ini, tetapi mencapai ilmu yang sebenarnya dan Akhlak yang sempurna. Sedangkan menurut Al-Ghazali Pendidikan yang utama adalah cara seseorang hamba untuk selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah.

Kalau inilah salah satu fungsi pendidikan zaman dahulu, yaitu pemindahan nilai-nilai, tidakkah pendidikan zaman sekarang berfungsi demikian juga. Masyarakat modern pun memerlukan kejujuran demi kelajutan hidupnya.

Fungsi kedua pendidikan adalah pemindahan ilmu dan ketrampilan-ketrampilan dari generasi ke generasi. Ilmu adalah prinsip-prinsip yang digunakan untuk memahami manusia sendiri. Ada beberapa jalan yang dilalui ilmu itu. Pertama melalui indera. Kedua adalah akal. Seterusnya adalah intuisi, kemudian ilham, yang tertinggi adalah wahyu yang terdapat pada nabi-nabi dan rosul-rosul.

Yang penting adalah adanya prinsip-prinsip itu. Prinsip-prinsip inilah yang dipindahkan dari generasi ke generasi. Berkaitan dengan ilmu, adalah keterampilan. Keterampilan adalah kemampuan membuat sesuatu walaupun tidak memahami prinsip sesuatu berlaku demikian.

Kembali ke permasalahan awal, adakah perbedaan antara pendidikan zaman dulu dan pendidikan masa kini? Jawabnya: prinsipnya tidak berbeda, yang berbeda adalah tekniknya. Kami hanya sebutkan beberapa aspek pendidikan, yaitu fungsi-fungsi sosialnya, sebab itulah yang relevan dengan prose belajar dan penghayatan.[14]

Pada umumnya masyarakat zaman dulu melatih generasi mudanya memegang peranan-peranan yang akan ditinggalkan oleh generasi tua setelah mereka tua atau meninggal dengan berlatih sambil mengerjakan. Sedang zaman modern melatih generasi mudanya untuk mengambil alih peranan-peranan itu didalam lembaga-lembaga pendidikan. Peranan-peranan seperti petani, nelayan, juru bina, tukang kayu, tukang besi, tukang emas, guru-guru, polisi, dan lain-lain adalah kekal dari abad ke abad. Hanya metode dan teknik melatihnya yang berbeda dari zaman ke zaman.

G. DASAR PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Pengembangan ilmu pendidikan berkaitan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN pada pasal 2 yang menyebutkan: “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Dasar pendidikan Nasional adalah Pancasila yang terdiri atas 5 Sila, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila pertama adalah sila yang menegaskan nilai-nilai dan prinsip ketuhanan dalam pendidikan. Dengan demikian, pendidikan Islam wajib mengembangkan nilai-nilai ketauhidan yang meyakinkan kepada segenap umat Islam untuk mengembangkan pendidikan yang bernilai Ilahiyah dan rubbubiyah.

Prinsip pendidikan ilahiyah adalah tolok ukur kebenaran pendidikan yang mengajarkan kekuatan iman dan keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa sebagai sumber ilmu pendidikan.

Adapun prinsip rubbubiyah adalah tolok ukur pendidikan yang meyakini bahwa Allah dengan segala ciptaannya menggambarkan sifat-sifat kependidikan yang sangat sempurna, “sebagaimana Allah menyataan bahwa Dia adalah Rabbul’alamin, artinya Tuhan seluruh alam dan juga bias diartikan Pendidik seluruh alam”.[15]


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap kegiatan atau aktivitas yang disengaja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai dasar atau landasan tempat berpijak yang kokoh dan kuat. Dasar adalah pangkal atau titik tolak suatu aktivitas. Di dalam menetapkan dasar suatu aktivitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi pegangan dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan hidup dan hukum dasar yang dianut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan hidupnya.

Dasar pendidikan islam tentu saja didasarkan kepada falsafah hidup umat islam dan tidak didasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, sistem pendidikan islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Dasar ideal atau pokok pendidikan islam itu ada dua, pertama Al-Quran dan kedua Sunnah Nabi Muhammad saw.

Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah mencari ridha Allah swt. dengan pendidikan, diharapkan akan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya, masyarakatnya, negaranya dan ummat manusia secara keseluruhan. Disebabkan manusia merupakan fokus utama pendidikan, maka seyogyanya institusi-institusi pendidikan memfokuskan kepada substansi kemanusiaan, membuat sistem yang mendukung kepada terbentuknya manusia yang baik, yang menjadi tujuan utama dalam pendidikan.

Pengembangan pendidikan Islam dalam wilayah kependidikan tidak dibedakan dengan pengembangan pendidikan umum. Sebagaimana pendidikan tersebut dikembangkan mulai dari tingkat dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, wilayah pengembangan pendidikan Islam menjadi tanggung jawab bersama.

Dengan pandangan tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam dikembangkan demi peningkatan nilai-nilai keimanan dan moralitas bangsa yang didukung sepenuhnya oleh pendidikan yang tinggi dan ilmu pengetahuan yang memberikan manfaat kepada masa depan kehidupan bangsa dan negara. Dengan demikian, pendidikan berprinsip pada “pendidikan seumur hidup dan pendidikan sepanjang hayat” yang didasarkan pada kedudukan hukumnya yang wajib.


DAFTAR PUSTAKA

Al Djamaly, 2003. Fadlil. Nahwa Tarbijjatin Mukminatin. Bandung : Graha Jaya Bandung Kencana.

Arifin, H. M. M. 1994, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara..

Azyumardi Azra, M.A., M. Phil., Ph.D. 2012. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi di tengah tantangan Millenium III. Jakarta: Kencana Prenada

Basri, Hasan, M.Ag dan Saeban, Beni Ahmad, 2010. M.Si. ilmu Pendidikan Islam (Jilid II). Bandung: CV. Pustaka Setia.

Hasan, Langgulung. 1980. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: pustaka Al Husna.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; konsep dan Implementasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ramayulis, 2015, .Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia.


[1] Prof. H. M. Arifin, M. Ed. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1994.Hal. 7.

[2] Prof. Azyumardi Azra, M.A., M. Phil., Ph.D. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi di tengah tantangan Millenium III. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012. Hal. 4

[3] Prof. H. M. Arifin, M. Ed. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1994.Hal. 7

[4] Dr. Fadlil Al Djamaly. Nahwa Tarbijjatin Mukminatin. Hal. 85

[5] Arifin,. Ilmu ........... hal. 7

[6] Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: pustaka Al Husna. 1980. Hal. 196

[7] (Arsip Multaqo Ahlil hadis-3 Al-Maktabah Asy-Syamilah).

[8] Azyumardi. Pendidikan Islam.........Hal. 10

[9] Ibid., hal. 10

[10] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 135.

[11] Sudiyono, Ilmu Pendidikan ISLAM Jilid I…, hlm. 52-53.

[12] Jusuf A. Feisal, Reorientasi pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hal. 173.

[13] Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), cet. ke-I, hlm. 52.

[14] Ibid., hal. 360-362

[15] Drs. Hasan Basri, M.Ag dan Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. ilmu Pendidikan Islam (Jilid II). Bandung: CV. Pustaka Setia. 2010. Hal. 23